Ayam Kampung Tim Pembersih Sisa Makanan Kami

Salah satu hal yang paling terasa manfaatnya sejak kami pelihara ayam kampung di rumah adalah gak ngerepotin mamang tukang sampah lagi buat ngangkutin. 

Ayam kampung itu nggak pilih-pilih makanan. Mereka doyan apa aja sisa makanan, baik itu nasi, lauk, snack-snack, atau sayur mentah seperti kol atau brokoli. Kami jadi jarang buang makanan ke tempat sampah, karena hampir semua sisa makan atau masak bisa langsung kami kasih ke ayam.


Tapi nggak semua sisa makanan masuk ke kandang. Kadang ada beberapa sampah organik yang ayam gak doyan, kayak kulit buah, sisa bunga, atau batang-batang. Untuk sampah semacam itu kami arahkan ke ember kompos. Nanti kami bakal cerita juga gimana cara kami mengelola kompos di rumah. Intinya, nggak ada yang benar-benar terbuang.


Nah, sebagai “imbalan”, ayam-ayam kampung ini ngasih kami telur segar. Rata-rata, ayam kampung dewasa bisa bertelur setiap 2–3 hari sekali, tergantung kondisi kesehatannya dan asupan makannya. Nggak tiap hari kayak ayam petelur di peternakan, tapi telur-telurnya punya kualitas yang beda.


Dari yang kami baca, telur ayam kampung biasanya punya kandungan lemak baik (omega-3) yang lebih tinggi, kuning telurnya juga lebih pekat, dan rasanya lebih gurih dibanding telur ayam negeri. Kulit telurnya juga lebih keras, mungkin karena mereka nggak dibesarkan secara massal dan lebih aktif bergerak.

Jadi bisa dibilang, sisa makanan kami nggak jadi sampah yang bikin bau, tapi berubah jadi telur yang segar, sehat, dan siap dimasak. Lingkaran sederhana yang bikin kami makin yakin: kalau dikelola dengan cara yang pas, rumah tangga kecil pun bisa punya sistem yang berkelanjutan.

0 komentar